Khusus Buat Para Pria….
Gue dibesarkan di dalam keluarga yang penuh dengan kasih, walaupun Papi gue orangnya keras (maklum orang Batak)_ tapi kita anak-anaknya sangat merasakan kasih sayang dari papi. Papi gue keras dalam mendidik anak, tapi dari semua anak-anaknya (kita sekeluarga 5 orang kakak beradik) ngga ada deh yang sampai jadi anti atau benci papi. Semuanya bisa merasakan dibalik kekerasannya dalam mendidik anak, itu semua karena dia dan mami gue sayang anak-anaknya.
Hal yang berbeda gue lihat di dalam keluarga seseorang yang sangat dekat dengan gue. Seseorang ini (sebut saja namanya W) dibesarkan di dalam didikan orang tua yang keras juga, tapi itu membuat dia sangat antipati dengan papinya. Bahkan kekerasan papinya itu membentuk karakter W menjadi keras juga. Untungnya W sekarang sudah bertobat dan lahir baru, sehingga perlahan karakternya diubahkan oleh Tuhan.
Ada beberapa hal menarik yang bisa gue pelajari dari pengalaman W, dan menurut gue pelajaran ini sangatlah penting bagi gue dan semua kaum pria yang akan menjadi papi pada waktunya.
Betapa besarnya peranan sang Papi dalam membentuk karakter anak-anaknya.
Gue jadi inget di dalam Alkitab ada ayatnya…Kolose 3:21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. Kita kaum pria harus berhati-hati di saat mendidik anak kita, karena kalau kita salah anak kitalah yang akan menanggungnya.
Yang gue lihat dari W adalah bagaimana papinya tidak pernah percaya kepada apapun yang dilakukan oleh W, sehingga apapun keputusan yang dibuat oleh W tidak pernah didukung oleh papinya. Itu berlangsung sejak W kecil, di saat ia mulai memutuskan untuk mengikuti kegiaatan2 di sekolahnya. Papinya hampir tidak pernah mendukung dia, bahkan setengah memandang remeh. Dan ternyata dari hampir semua keputusan yang dibuat oleh W sejak dari kecil itu terbukti baik bagi W, karena dia bisa membuktikan semua hasilnya menjadi baik, namun itupun tidak diakui oleh papinya. Itu membuat hati W menjadi sakit hati dan hatinya menjadi tawar. Ia tidak memandang papinya sebagai figur lelaki pemimpin keluarga yang baik, dan itu mempengaruhi penilaiannya akan setiap pria yang ia temui.
Bukan berarti seorang Papi tidak boleh keras kepada anaknya karena di dalam Alkitab juga tertulis di Amsal 29 :15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya. Papi harus mendidik anaknya dengan tongkat dan teguran. Tetapi tongkat dan teguran itu haruslah murni didasari oleh kasih dan bukan oleh emosi. Di sinilah banyak pria jatuh sehingga anak-anak menjadi sarana pelampiasan kekesalan Papinya, sama seperti W karena saat W kecil papinya tengah stress karena usahanya.
Di Alkitab juga tertulis.. Amsal 3:12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. Tidak selalu kita harus menggunakan tongkat dan teguran di dalam mengajar anak kita. Kita tentunya bisa memberitahukan terlebih dahulu kepada anak kita mengenai apa yang baik dan yang tidak. Dan tentunya juga kita harus mengajarkan kepada anak kita konsekwensi dari kesalahan, yaitu teguran. Teguran pun tidak harus selalu berbicara mengenai kekerasa, kalau anak kita terus melakukan kesalahan barulah kita menggunakan tongkat, tapi tentunya bukan untuk menyakiti ana k kita, tetapi untuk memberikan pengertian kepada anak kita bagaimana kita mengasihi dia. Seseudah kita menghukum anak kita, kita peluk dia dan kita katakan bagaimana kita mengasihi dan menyayanginya, dan itu semua untuk kebaikan anak itu.
Jangan sampai apa yang terjadi pada W dialami oleh anak kita, karena dampaknya sangatlah dalam. Hati yang terluka begitu dalam tidak gampang disembuhkan, hanya Kuasa Tuhan saja yang bisa memampukan W mengampuni papinya.
Buat para pria, semoga tulisan ini bisa membuat kita menjadi papi-papi yang baik nantinya. Amin.
GBU