PENGHARAPAN AKAN KEMULIAAN

Kolose 1:27

Situasi yang Maria hadapi sungguhlah berat. Menerima pesan ilahi yang ia sebenarnya tidak mengerti dan benar-benar terdengar mustahil. Mengandung dalam kondisi belum bersuami, yang itu artinya harus menerima konsekuensi dicemooh / dipermalukan / dihakimi / dihukum oleh keluarga, kerabat, dan masyarakat (bahkan bisa dialami seumur hidupnya). Terpaksa menempuh perjalanan jauh dalam kondisi hamil tua. Melahirkan di tempat yang benar-benar tidak layak. Membesarkan anak dalam situasi krisis mengerikan (ancaman pembunuhan massal). Hidup Maria tidaklah mudah dijalani, tapi Maria ternyata memiliki sikap yang terpuji, karena ia “menyimpan semuanya itu dalam hatinya” sebagai tanda ia tidak memprotes Tuhan / keadaan / orang lain (Luk.2:19,51), dan itu artinya Maria memiliki “pengharapan akan kemuliaan”, yaitu kesadaran bahwa kini dan nanti, ada Sumber Pengharapan Abadi dalam hidupnya. Orang yang memiliki pengharapan akan kemuliaan artinya:

1. BUKAN MANUSIA BIASA LAGI
• Memiliki Tuhan di dalam hidupnya (Galatia 2:20, Lukas 1:35)
• Menjalani hidup bahagia karena meyakini penggenapan janji Tuhan (Lukas 1:45)
• Berkemampuan mengalah dunia dengan imannya (1 Yohanes 5:4)
• Mempercayai Tuhan lebih dari mempercayai keadaan

2. MENGARAHKAN DIRI KEPADA HAL-HAL MULIA
• Hidup bertujuan, bukan hidup kebetulan (Efesus 2:10, Filipi 4:8)
• Mengambil bagian dalam penyelesaian Amanat Agung (Matius 28:19-20).
• Memperlengkapi / memperkuat diri bagi rencana-rencana Tuhan (Amsal 21:31).
• Memberi harapan kepada sesama tentang Tuhan (1Petrus 3:15).
• Pastikan kebaikan kita nampak dan kehadiran kita berdampak.

PENUTUP
Saat kita ada dalam situasi di mana masalah kita nampaknya mustahil ada jalan keluarnya, ingat / perhatikan rentetan situasi sulit Maria saat natal pertama. Maria mengalami kemuliaan Tuhan karena ia meyakini bahwa bagi Elohim tidak ada yang mustahil (Luk.1:37). Sama seperti Maria, kita harus selalu mempercayai Tuhan saat demi saat dan hari demi hari, maka rasa cemas / takut pasti akan terurai saat kita benar benar berserah diri ke tangan Tuhan. Biarlah jiwa kita terus memuliakan Tuhan (Mzm.103) dan hati kita senantiasa bergembira di dalam Tuhan (Mzm.37:4). Bersyukurlah karena kehadiran Yesus membuka jalan bagi pengharapan kita akan kemuliaan. Pengharapan selalu ada. Bintang itu masih bersinar. Selamat Natal!

DITUNTUN KEPADA JURU SELAMAT

Mazmur 43:3

Setiap kita memperingati Natal, ingatkan jiwa kita bahwa kita sedang memperingati mujizat yang maha mengagumkan dari Tuhan; karena itu jangan lewatkan Natal dengan perasaan yang biasa-biasa saja. Ingat dan ketahuilah selalu bahwa di dalam “bayi itu”, ada sosok Tuhan berdiam dalamnya, dalam “bayi itu” ada Sang Pribadi Pencipta Segalanya, dalam “bayi itu” ada Sang Pembebas / Sang Penakluk Maut; Dia datang ke dunia ini dalam bentuk manusia. Dia datang dengan tujuan agar terjadi keselamatan bagi umat yang percaya kepadaNya, sehingga mereka bisa tinggal selama-lamanya dengan diriNya di Surga. Tidakkah peristiwa tersebut membuat kita teramat kagum sekaligus bersyukur atas anugerah Natal ini?
Natal mengawali pengalaman spiritual setiap manusia untuk bisa mengenal Sang Juru Selamat. Berikut 3 aspek dari peristiwa Natal yang bisa menuntun serta mengingatkan kita kembali tentang keselamatan jiwa kita: :

1. BINTANG BETLEHEM (Mat.2:2,9-10, Yoh.15:16, Ef.2:8-9)
• Fenomena di luar kuasa manusia = fenomena ilahi = inisiatif dari Allah. Kekristenan bukan untuk disombongkan.
• Pada Natal Pertama ada suasana “sangat bersukacita” (bukan sekedar kegembiraan), karena tujuan bukan berhenti pada “bintang” tapi untuk “menyembah”. Kita bisa kehilangan sukacita jika berhenti pada “status orang Kristen” dan “status pelayan / hamba Tuhan”. Sukacita abadi adalah bagi yang tulus mencari dan melayani Tuhan sebagai bentuk penyembahan kepadaNya (di sini dan nanti).

2. MASA YANG SULIT (Mat.2:13,16, Mzm.119:67,71, Ayb.23:10b).
• Banyak yang baru mau datang kepada Tuhan setelah mengalami masa sulit. Di masa tidak ada lagi yang bisa diandalkan.Yang bekerja bagi Elohim tanpa merasa malu pasti akan dibela Tuhan dan pasti akan Tuhan percayakan hal-hal yang semakin besar.
• Masa sulit adalah peluang untuk mengalami mujizat. Masa sulit adalah masa pembuktian kesetiaan kita berpegang pada Tuhan dan firmanNya.
• Natal Pertama terjadi di masa yang sulit (lebih tepatnya: mengerikan), namun Yesus tetap hadir; Tuhan tetap dapat mengatasi situasi.

3. PESAN PALUNGAN (Luk.2:7, 1Kor.1:26-31).
• Bayi Yesus dibaringkan di tempat yang tidak layak / tidak pantas. Palungan itu sebenarnya adalah kita semua.
• Jatidiri kita jadi sangat berharga karena ada kemuliaan Tuhan, bukan karena apa yang bisa kita bangun selama kita hidup. Palungan tetap tidak berarti tanpa Kristus.

PENUTUP
Natal membawa suasana yang “happy” di seluruh penjuru bumi ini, karena Natal membawa harapan (Mzm.43:5), bahwa ada Pribadi Di Atas Sana yang memperhatikan dan siap memberi kelegaan bahkan kemenangan atas segala kehidupan manusia. Jangan lupakan inti dari Natal adalah Yesus, Sang Harapan, Sang Juru Selamat. Pakai hidup kita untuk menuntun banyak jiwa kepada Yesus. Imanuel!

NATAL ADALAH HADIAH

Salah satu kegiatan yang sering kali dilakukan Ketika kita memperingati Natal adalah tukar kado / hadiah. Banyak juga yang mengkaitkan hari Natal dengan pemberian hadiah bagi anak-anak sehingga mereka sangat menantikan hari Natal. Bagi kita yang sudah dewasa, respon terhadap Natal ternyata berbeda-beda. Ada yang antusias menantikannya, ada pula yang menganggapnya biasa saja.
Jika kita mempelajari dari Firman Tuhan, ternyata Natal itu adalah hadiah! Apakah maksudnya ?

1. Natal adalah ‘hadiah’ dari Bapa Surgawi kepada dunia.
Dalam Yohanes 3:16 dikatakan karena KasihNya, Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal, ..” Bapa memberikan hadiah yang luar biasa bagi dunia, yaitu AnakNya karena Kasih Bapa pada dunia ini. Sebab semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Elohim (Roma 3:23), dan upah dosa adalah maut (Roma 6:23), kematian yang kekal terpisah dari Tuhan selama-lamanya. Kebinasaan bukanlah tujuan Elohim menciptakan manusia, Elohim membenci dosa tapi mengasihi mereka yang berdosa. Itulah sebabnya Tuhan mengaruniakan Yesus Kristus untuk menjadi korban tebusan dosa-dosa manusia, sehingga barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal!

2. Natal adalah ‘hadiah’ keselamatan atas semua bangsa.
Di Yerusalem, ada seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Simeon dituntun oleh Roh Kudus untuk datang ke Bait Allah disaat yang sama ketika Yusuf dan Maria membawa bayi Yesus. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Apa yang selanjutnya terjadi? Ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Tuhan, katanya: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Lukas 2:28-32).
Sebelum kelahiran Yesus (natal), rencana keselamatan terfokus kepada bangsa Israel, melalui pemberian hukum Taurat, dengan harapan ketika bangsa Israel melaksanakan hukum Taurat dengan semangat dan cara yang dimaksudkan Tuhan, Israel dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Sayangnya bangsa Israel gagal mengemban misi yang diberikan Elohim. Kelahiran Yesus (natal) membuka pintu yang sangat lebar bagi bangsa-bangsa non-Yahudi untuk menerima keselamatan yang Tuhan sediakan melalui Yesus Kristus.

PENUTUP
Kita sekarang memahami bahwa ‘hadiah’ yang Tuhan berikan kepada umat manusia di hari Natal bukanlah berupa barang atau atau benda berharga, tetapi Pribadi Yesus yang datang untuk menyelamatkan mereka yang mau percaya kepadaNya. Terpujilah Tuhan Yesus, Juruselamat Manusia! Amin!

YESUS RAJA DAMAI

Yesaya 9:5

 

Orang yang memiliki damai di hatinya adalah orang yang merasakan tenang, tentram dan merasakan bahagia. Selalu berpikir optimis, berani menghadapi masa depan, selalu bersemangat dan bergairah. Orang yang memiliki damai akan memiliki pikiran yang sehat dan merangsang kreatifitas dan inisiatif yang baru.

Sebaliknya, orang yang tidak memiliki damai akan merasa tertekan, stress, depresi, sensitive dan gampang tersinggung, uring-uringan, cepat marah, cepat tua dan bahkan cepat mati.

Cara memiliki damai adalah :

  1. Hidup di dalam Kebenaran (Yesaya 32:17)
  • Kebenaran itu adalah Tuhan Yesus itu sendiri (Yohanes 14:6)
  1. Hidup di dalam damai dengan orang lain / sesame (Roma 12:8)
  • Jauhilah konflik dan pertikaian
  • Jangan jadi pembuat masalah (troublemaker)
  • Jadilah juru damai, usahakanlah perdamaian
  • Harus bisa mengampuni (Lukas 6:37–38)
  • Harus bisa mengucap syukur dalam segala hal (1 Tesalonika 5:18)
  1. Memperhatikan Perintah Tuhan (Yesaya 48:18)
  • Sungai yang tidak pernah kering artinya damai kita tidak akan pernah habis, malah mengalir keluar dari diri kita.
  • Tidak mudah untuk dilakukan, kita harus ‘mengejar’ nya (Roma 14:9)
  • Harus memiliki Kasih, baik terhadap Tuhan dan juga terhadap sesame (Matius 22:37-40)

 

Penutup

Hidup kita adalah dari satu pilihan kepada pilihan berikutnya. Apa yang kita pilih dan putuskan di hari ini akan menentukan masa depan kita. Yesus adalah Raja Damai, Ialah sumber damai kita. Pilih dan putuskan untuk mengikuti prinsip-prinsip Firman Tuhan di atas, maka Damai itu senantiasa akan ada di hati kita.

Amin.

SEBAB BAGI ELOHIM TIDAK ADA YANG MUSTAHIL

Lukas 1:26-38

Hari Natal mengingatkan kita akan kasih Elohim kepada kita, bagaimana Tuhan menjangkau kita sehingga setiap orang yang percaya dan menerima Yesus tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Tuhan juga berjanji untuk memberikan kepda k ita hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Tuhan berkuasa untuk membuat orang buta melihat, orang lumpuh berjalan dan orang tuli mendengar, bahkan yang mati dibangkitkan. Sampai hari ini Tuhan sanggup lakukan mujizat, tetapi untuk mengalami mujizat ada beberapa hal yang harus dilakukan.

  • Harus menyadari siapakah kita.
    • Manusianya Elohim (1 Timotius 6:11) – “man of God”
    • Keturunan Ilahi (Maleakhi 2:15) – “Godly seed”
    • Anak-anak Elohim (Yohanes 1:12) – “Children of God”
  • Harus percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizat
    • Jangan bimbang (Matius 14:31) –
    • Melupakan apa yang di belakang (Filipi 3:13) –
    • Serahkan kuatir kita pada Tuhan (Mazmur 55:23)
  • Harus mengandalkan Tuhan
    • Seperti Daud mengalahkan Goliat (1 Samuel 17:38-39, 45-47)
    • Seperti Yosua dan Kaleb (Bilangan 14:6-8)
    • Seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Daniel 3:17-18)

Penutup

Mengampuni membutuhkan sebuah tekad yang kuat dari kita, lebih dari sekedar perkataan yang keluar dari mulut. Oleh karena itu dengan melakukan ketiga hal di atas, kita pasti akan lebih mudah untuk mengampuni dan mengasihi orang lain khususnya mereka yang sudah mengecewakan hati kita. Amin!