SUDAH DEWASA BELUM?

Ibrani 5:11-14
Sebagai ciptaan yang baru, sejak kita bertobat kita menjalani proses kehidupan yang terus menerus supaya kita secara utuh menjadi manusia baru. Ketika kita lahir baru, kita menjadi kanak-kanak rohani, di mana dalam Firman Tuhan digunakan analogi makanan sebagai sebuah tolak ukur kedewasaan rohani seseorang. Orang yang masih kanak-kanan rohani masih memerlukan susu untuk bertumbuh, sedangkan orang yang sudah dewasa rohani mampu mencerna makanan yang lebih keras. Artinya orang-orang yang masih kanak-kanak rohani masih mencerna perkara-perkara yang mudah dan belum bisa mendapatkan teguran. Orang yang dewasa rohani mengkomsumsi makan rohani yang membuatnya semakin memahami nilai-nilai kebenaran yang hakiki yang terdapat pada Tuhan Yesus yang juga membuatnya terus bersikap menjadi semakin sama dengan Tuhan Yesus. Karena “kerasnya’ makanan rohani tersebut, terkadang orang dewasa rohani harus rela ditegur dan terus hidup dalam kekudusan dan pertobatan setiap harinya.
Untuk jelasnya, menjadi dewasa rohani ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Bisa (dan terbiasa) mengkomsumsi makanan keras (1 Korintus 3:1-3)
• Tidak terus menerus berkutan pada pengajaran dasar kekristenan, tetapi menyiapkan diri untuk menerima pemahaman doctrinal berupa visi / peringatan / teguran karena ia tahu itu baik dan akan menjaga Kesehatan rohaninya serta membuat kedewasaan rohaninya bertumbuh.
• Tidak mencari hal-hal yang sekedar menyenangkan telinganya (2 TImotius 4:3-4), melainkan mencari prinsip kebenaran, sekalipun itu bisa menggoncangkan apa yang selama ini dipahami / dipegang sebagai pengajaran.

2. Hidupnya terus bertumbuh ke arah Kristus ( Efesus 4:15)
• Walau belum sempurna seperti Tuhan Yesus, namun ada perubahan signifikan dalam karakter yang buahnya dengan jelas dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya, karena perubahan tersebut adalah sesuai dengan kehendak Bapa.
• Pertumbuhan identik dengan perubahan, dan perubahan pada umumnya tidak menyenangkan. Artinya jika kita saat ini dalam situasi yang tidak menyenangkan, itu adalah tanda bahwa kita tengah berada di dalam sebuah proses pendewasaan.

PENUTUP
Kekristenan bukanlah sesuatu yang statis, harus ada perubahan dan pertumbuhan. Yang anak-anak bertambah dewasa dan terus semakin dewasa sehingga siap untuk menjadi mempelai Kristus. Tidak ada anak-anak yang bisa menjadi mempelai, pernikahan hanyalah bagi orang yang dewasa. Marilah kita terus bertumbuh menuju kedewasaan rohani karena Tuhan Yesus Sang memperlai pria kita segera akan datang! Amin

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.